OPERASI APARAT KEAMANAN INDONESIA DI BERAB MEMBANGUN TRAUMA BAGI MASYARAT SETEMPAT
Laporan selengkapnya boleh ikuti bagian bawah ini:
Issue: “Umat Tuhan Warga Jemaat GKI ELIM BERAB Panik Dengan Tindakan Pasukan Gabungan POLISI, BRIMOB DAN DENSUS 88”
Pada kesempatan ini kami laporkan bahwa kondisi HAM
di Tanah Papua hingga minggu 20 Juli 2014 semakin memburuk. Aparat
Keamanan Indonesia masih terus melakukan tindak yang tidak manusiawi
terhadap masyarakat pribumi Papua, lebih khusus terhadap Masyarakat
sipil di Berab, Distrik Nembokran, Kabupaten Jayapura.
PENJELASAN
Pertama, Pada hari Minggu tanggal 20 Juli
2014 pagi Umat Tuhan Jemaat GKI Elim Berab terkejut dan panik, dengan
tindakan yang dilakukan oleh pasukan gabungan Polisi, Brimob dan Densus
88.
Dilaporkan bahwa pada pukul 13 atau jam 1 siang
Polisi dan Brimob datang masuk kampung Berab dan melakukan penggebrekan
di kedua rumah warga kampung. Aparat melakukan pengepungan dan
penggebrekan rumah milik mantan Kepala Sekolah SD YPK Elim Berab atas
nama L. Tarko dan Z. Tarko.
Kedua, Pasukan gabungan menggunakan 15 unit
kendaraan dan juga beberapa motor diantaranya, 3 unit truck Dalmas, 4
Unit Ivova silper warna hitam, 1 Unit mobil Patroli, 1 Unit mobil
Hilux, 4 Unit mobil Avanza, dan 2 unit mobil Strada kaca gelap.
Ketiga, Aparat masuk rumah Z. Tarko dan
langsung merusak rumah dan segala isi rumah dirusaki oleh aparat.
Diantaranya kaca-kaca jendela rumah dihancurkan, tempat tidur kasur
dirusaki, lemari pakaian dicungkil dan dirusaki hingga pakaian telah
terhamburkan dan lainnya sobek, satu buah TV dilempari batu hingga
hancur, tiga buah motor dihancurkan dengan menggunakan batu dan balok
ukuran 20×20 hingga motor rusak berat dan tidak bisa dipakai lagi.
Kemudian bahan makanan beras dan sagu diobrak-abrik hingga sulit untuk
mendapatkan makanan dalam kondisi kritis.
Keempat, Dalam waktu yang sama juga aparat
melakukan penggebrekan di rumah kedua mantan Kepala Sekolah SD YPK Elim
Berab. Sang guru itu menjelaskan bahwa, Kaporles Jayapura datang dan
menyampaikan bahwa disini ada dua kubu, yaitu kubu David Tarko dan kubu
Terrianus Satto, dan kami dapat formasi bahwa tanggal 22 Juli 2014 akan
ada Pelantikan.
Kemudian sang mantan kepala sekolah itu dipaksakan
untuk ikut masuk hutan sebagai penunjuk jalan, tetapi sang guru
tersebut menolak dengan tegas karena kondisi tubuh tidak sehat. Aparat
menghiraukan saja dan langsung menuju kebelakan rumah mengikuti jalan
ke kali dan ke kebun.
Aparat tiba di pinggiran kali langsung membakar
tenda sebuah rumah kecil yang diduga sebagai pos penjagaan. Tiba-tiba
tembakan dilakukan oleh Z. Tarko akhirnya terjadi kontak senjata antara
pasukan gabungan dengan Z. Tarko dengan menggunakan senjata yang dibuat
dan biasanya dipakai untuk berburuh rusak dan babi hutan.
Kelima, Kesaksian Korban Z. Tarko, “ini hari
Minggu, jadi saya dan teman-teman sedang sembayang tetapi ada informasi
pasukan gabungan masuk kampung dan telah menggebrek rumah. Mendengar
hal itu langsung geram sambil memerintahkan teman-teman saya untuk
mundur atau mengalah karena ini hari Minggu Hari Besar bagi Umat Tuhan
di seluruh dunia.
Dan juga kegiatan yang sudah kami lakukan adalah Hak
Kami untuk Membela diri/Self Defense karena banyak masyarakat Papua
yang ditangkap, disiksa, dipenjarahkan, bahkan dibunuh. Kami tidak
mengganggu aparat Indonesia, kami bukan pencuri, kami bukan penjajah
tapi hak kami untuk melakukan tindakan pembelaan diri.
Aparat masuk kampung katanya datang mau jalan-jalan
untuk rekreasi mandi-mandi, tapi bukan mandi-mandi malahan menggebrek
rumah dan hancurkan seluruh harta benda saya.
Sekarang saya mau hidup bagaimana kalo aparat sudah hancurkan seluruh harta benda saya.
Dua buah sensor saya untuk cari hidup telah diambil
oleh aparat, mesin bor, mesin las, gurinda yang biasanya saya pakai
untuk ciptakan mesin parut kelapa dan mesin parut sagu semua diambil
oleh aparat.
Keenam, Pada pukul 17:00 waktu setempat,
kembali Densus 88 datang mengepung rumah Z. Tarko dan mengeluarkan
tembakan sebanyak 3 kali. Mereka mengepung rumah dan langsung
menggeledah rumah tersebut.
Ketujuh, Dari hasil penggebrekan pasukan
gabungan, dilaporkan bahwa tidak ada korban baik di aparat gabungan
Polisi, Brimob dan Densus 88, tetapi seluruh harta benda milik korban
Z. Tarko habis diobrak-abrik oleh aparat gabungan tersebut.
Kedelapan, Dilaporkan juga bahwa selama
penggebrekan berlangsung hampir dua hari PT. PLN mematikan lampu hingga
membuat kampung gelap dan sulit mendapat penerangan. Hal ini juga
membuat warga kampung Berab menjadi panik dan takut dengan situasi yang
terjadi.
Kesembilan, Warga Kampung Berab tidak tidur
sepanjang malam karena aparat terus datang masuk-keluar dengan
mobil-mobil kaca gelap. Dilaporkan juga bahwa pada tanggal 21 pagi
pukul 3 subuh aparat masuk di kampung dengan menggunakan 4 unit
kendaraan, yang diantaranya 1 unit Avanza, 1 unit Truck kuning, 1 unit
mobil Inova silper dan 1 unit mobil Inova hitam mengikuti dibelakangnya
dan sekitar 1 jam mereka balik keluar kampung lagi.
Kesepuluh, Pada sore hari kembali terjadi
penangkapan terhadap 3 orang warga yang diduga teman-temannya Terryanus
Satto, dan aparat langsung interogasi dan masing-masing ditahan dan
belum mendapat laporan jelas tentang penangkapan tersebut.
Kesebelas, Hingga sekarang hari Selasa
tanggal 22 Juli 2014 terlihat aparat terus masuk keluar melakukan
operasi dengan menggunakan kendaraan-kendaraan kaca gelap.
KESAKSIAN KORBAN
Kesaksian Korban Z. Tarko, “ini hari Minggu, jadi
saya dan teman-teman sedang sembayang tetapi ada informasi pasukan
gabungan masuk kampung dan telah menggebrek rumah. Mendengar hal itu
langsung geram sambil memerintahkan teman-teman saya untuk mundur atau
mengalah karena ini hari Minggu Hari Besar bagi Umat Tuhan di seluruh
dunia.
Dan juga kegiatan yang sudah kami lakukan adalah Hak
Kami untuk Membela Diri/Self Defense karena banyak masyarakat Papua
yang ditangkap, disiksa, dipenjarahkan, bahkan dibunuh. Kami tidak
mengganggu aparat Indonesia, kami bukan pencuri, kami bukan penjajah
tapi hak kami untuk melakukan tindakan pembelaan diri.
Aparat masuk kampung katanya datang mau jalan-jalan
untuk rekreasi mandi-mandi, tapi bukan mandi-mandi malahan menggebrek
rumah dan hancurkan seluruh harta benda saya.
Sekarang saya mau hidup bagaimana kalo aparat sudah hancurkan seluruh harta benda saya.
Dua buah sensor saya untuk cari hidup telah diambil
oleh aparat, mesin bor, mesin las, gurinda yang biasanya saya pakai
untuk ciptakan mesin parut kelapa dan mesin parut sagu semua diambil
oleh aparat.
Melihat tindakan yang dilakukan oleh aparat TNI/POLRI pada hari Minggu 22 Juli 2014, maka Kami Rakyat Bangsa Papua menyeruhkan:
Pertama, kami meminta kepada Masyarakat
Internasional untuk mendesak Komisi HAM Asia Pasifik untuk segera
mendesak Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melakukan
sebuah intervensi internasional di tanah Papua untuk menyelesasaikan
konflik berkepanjangan yang terus masih terjadi di Papua;
Kedua, Kami meminta kepada Komisi HAM Asia Pasifik
untuk segera mendesak Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk mendesak Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September 2014 untuk
melakukan sebuah intervensi internasional di tanah Papua;
Ketiga, Kami meminta kepada Ketua Sinode GKI di
Tanah Papua untuk menyeruhkan kepada Konferensi Gereja-Gereja Pasifik
atau Pacific Churches Conference (PCC) mendesak Dewan Gereja Se-Dunia
untuk segera memperhatikan keputusan Bursam, Korea Selatan.
Demikian laporan penggebrekan yang dilakukan oleh
aparat TNI/POLRI pada tanggal 20 Juli 2014 di Kampung Berab Distrik
Nembukrang, Kabupaten Jayapura. Dilaporkan pada tanggal 22 Juli 2014.
Lampiran Photos
BARANG BUKTI
0 komentar:
Posting Komentar